BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bahasa
Arab adalah bahasa komunikasi yang dikenal erat hubungannya dengan agama Islam.
Kedatangan Islam sebagai ajaran agama di suatu lingkungan masyarakat yang
kemudian dianut sebagai pedoman hidupnya menuntut para pemeluknya untuk
memahami bahasa Arab yang merupakan bahasa kitab suci ajaran Islam yaitu
al-Qur’an dan al-Hadis Nabi Muhammad Saw. Hubungan yang sinergis antara bahasa
Arab dan Islam, tidak lain karena al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab yang
sekaligus juga melibatkan secara langsung atau tidak, tradisi kehidupan bangsa
Arab sebagai basic umat Islam.
Bahasa Arab mempunyai ciri-ciri
kekhususan yang tidak terdapat pada bahasa-bahasa lainnya. Kemudian dari
kekhususannya ini menjadikan bahasa Arab sebuah bahasa yang fleksibel,
mempunyai elastisitas yang tinggi, maka dalam menjalankan dan mempertahankan
fungsinya sebagai bahasa komunikasi, sarana dalam penyampaian tujuan agama,
pencatatan berbagai ilmu pengetahua, telah mampu disampaikan dengan mudah dan
benar.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah system wacana bahasa arab dan
bahasa Indonesia ?
b. Apakah yang membedakan antara system wacana
bahasa arab dan bahasa Indonesia ?
1.3 Tujuan
a.
Untuk mengetahui system wacana bahasa arab dan bahasa
Indonesia
b.
Untuk mengetahui membedakan antara
system wacana bahasa arab dan bahasa Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
System Wacana Bahasa Arab dengan Bahasa
Indonesia
2.1.1 System Bunyi
Bahasa pada hakekatnya adanya bunyi, yaitu berupa gelombang udara
yang keluar dari paru-paru melalui pipa suara dan melintasi organ-organ speech
atau alat bunyi. Proses terjadinya bahasa apapun di dunia ini adalah sama. Maka
tidak asing apabila ada beberapa bunyi bahasa yang hampir dimiliki oleh
beberapa bahasa di dunia seperti bunyi m, n, l, k, dan s.
Bahasa Arab, sebagai salah satu rumpun bahasa Semit, memiliki
ciri-ciri khusus dalam aspek bunyi yang tidak dimiliki bahasa lain, terutama
bila dibandingkan dengan bahasa Indonesia atau bahasa-bhasa daerah yang banyak
digunakan di seluruh pelosok tanah air Indonesia. Ciri-ciri khusus itu adalah :
1.
Vokal panjang dianggap sebagai
fonem ( ي ، أَ )
2.
Bunyi tenggorokan (أصوات الحلق),
yaitu ح dan ع
3.
Bunyi tebal ( أصوات مطبقة), yaitu ض , ص , ط dan ظ .
4.
Tekanan bunyi dalam kata atau
stress (النبر )
5.
Bunyi bilabial dental (شفوى أسنـانى ),
yaitu ف
2.1.2 System Kosakata
Ciri khas kedua yang
dimiliki bahasa Arab adalah pola pembentukan kata yang sangat fleksibel, baik
melalui derivasi (تصريف استـقاقى
) maupun dengan cara infleksi (تصريف إعرابـى
). Dengan melalui dua cara pembentukan kata ini, bahasa Arab menjadi sangat
kaya sekali dengan kosakata. Misalnya dari akar kata علم
, bila dikembangkan dengan cara اشتقاقى
, maka akan menjadi :
·
عَلِم
– يَعلَم
dan seterusnya (تصريف اصطلاحى ) = 10 kata
·
– يعلِّم
عَلّم dan seterusnya = 10 kata
·
أعلم
– يعلم
dan seterusnya = 10 kata
·
تعلم
– يتعلم
dan seterusnya = 10 kata
·
تعالم
– يتعالم
dan seterusnya = 10 kata
·
يستعلم– استعلم dan
seterusnya = 10 kata
Dari masing-masing kata ini dapat lagi
kembangkan dengan cara تصريف إعرابـى sehingga
akan lebih memperkaya bahasa Arab. Dari kata علم saja
akan menjadi ratusan kata. Bahkan menurut suatu penelitian, unsur bunyi yang
ada pada suatu kata, meskipun urutan letaknya dalam kata tersebut berbeda akan
mengandung arti dasar yang sama.
2.1.3 System Huruf
Ciri yang Nampak dominan pada huruf-huruf
bahasa Arab adalah :
1.
Bahasa
Arab memiliki ragam huruf dalam penempatan susunan kata, yaitu ada huruf yang
terpisah, ada bentuk huruf di awal kata, di tengah dan di akhir kata.
2.
Setiap satu huruf hanya
melambangkan satu bunyi.
3.
Cara penulisan berbeda
dengan penulisan huruf Latin, yakni dari arah kanan ke kiri.
Disamping itu, ada beberapa huruf yang
tidak dibunyikan seperti pada kata-kata : أولئك - الزكوة – أنا – لا، أنا طالب dan sebaliknya, ada beberapa bunyi yang tidak dilambangkan
dalam bentuk huruf seperti هذا – ذلك – أنتَ ؟ .
2.1.4 System Kalimat
a. I’rab
Bahasa Arab adalah
bahasa yang memiliki sistem i’râb terlengkap yang mungkin tidak
dimiliki oleh bahasa lain. I’râb adalah perubahan bunyi akhir
kata, baik berupa harakat atau pun berupa huruf sesuai dengan jabatan atau
kedudukan kata dalam suatu kalimat. I’râb berfungsi untuk membedakan
antara jabatan suatu kata dengan kata yang lain yang sekaligus dapat merubah
pengertian kalimat tersebut.
Contoh :
·
هذا قاتلٌ أخى
·
هذا قاتلُ أخى
Dua kalimat itu sangat berbeda sekali
artinya, hanya karena perbedaan bunyi akhir kata qâtil (قاتل ).
Yang pertama dibaca tanwin dan yang kedua tidak dibaca tanwin (di-idlâfat-kan).
Maka kalimat pertama berarti orang ini yang membunuh saudaraku, sedang
kalimat kedua artinya orang ini adalah pembunuh saudaraku. Contoh lain
adalah :
·
ما
أحسنَ خالداً artinya alangkah baiknya si Khalid
·
ما
أحسنُ خالدٍ artinya apa yang baik pada si Khalid ?
·
ما
أحسنَ خالدٌ artinya apa yang diperbuat baik oleh si Khalid ?
b.
Jumlah Fi’liyyah dan Jumlah
Ismiyyah
Komponen kalimat dalam bahasa apapun pada
dasarnya sama, yaitu subyek, predikat dan obyek. Namun, yang berbeda antara
satu bahasa dengan bahasa lainnya adalah struktur atau susunan (تركيب) kalimat itu. Pola
kalimat sederhana dalam bahasa Arab adalah :
·
اسم + اسم
·
فعل + اسم
Sementara dalam bahasa Indonesia pola
kalimatnya adalah :
Pola فعل + اسم dalam bahasa Arab
sudah dianggap dua kalimat. Dari perbandingan itu, tampak bahwa pola فعل + اسم hanya dimiliki
bahasa Arab. Meskipun kadang ada ungkapan bahasa dalam percakapan sehari-hari
pola yang sama dengan ini ditemui dalam bahasa Indonesia seperti turun hujan,
tetapi ungkapan itu biasanya didahului oleh keterangan waktu umpamanya tadi malam
turun hujan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengetahuan system wacana bahasa arab
adalah suatu bahasa yang merupakan salah
satu cara memasuki pintu gerbang pemahaman bahasa tersebut. Begitu juga halnya
dengan bahasa Arab yang memiliki ciri dan kekhususan yang berbeda dan mungkin
juga tidak dimiliki oleh bahasa lain di dunia. Hal ini sangat perlu diketahui
oleh para pengajar bahasa Arab dari segala tingkatan dan jenjang pendidikan.
Namun faktor penting yang tidak bisa dinafikan untuk mencapai keberhasilan
pembelajaran bahasa Arab adanya sense of belonging yang harus ada
pada diri setiap umat Islam pada bahasa Arab.
3.2 Saran
Sesuai
deng kesimpulan di atas penulis menyarankan agar belajar bahasa arab dengan
terus menurus tanpa adanya kata tidak bisa, karena bahasa arab adalah bahasa
agama islam yang wajib di pelajari oleh orang islam.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Fuad Effendi, Metodologi
Pengakaran Bahasa Arab, Malang: Misykat, 2004. Amin Muhammad, al-Lughat
al-’Arabiyyah Ma’nâhâ wa Mabnâhâ, Mesir: Dâr el-Fikr, 1980.
0 komentar:
Posting Komentar