BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Saat ini praktik pendidikan karakter di
Indonesia semakin berkurang, seperti pada tingkatan pengenalan norma atau
nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam pendidikan karakter di Indonesia semua komponen
harus dilibatkan, termasuk komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi
kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan
atau pengelolaan mata pelajaran. Pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktifitas/
kegiatan ko-kurikulum, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos
kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarakan latar belakang di atas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana cara meningkatkan Pendidikan
karakter untuk anak
1.3 Tujuan
Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan yang
dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui cara meningkatkan pendidikan
berkarakter .
1.4 Manfaat
Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui cara mengembangkan
pendidikan karakter untuk anak
2. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan
sebagai kajian untuk mengembangkan pendidikan karakter kepada peserta didik dan
bisa menjadi sumber inspirasi dan motivasi peserta didiknya.
3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat
dijadikan sebagai kajian awal pengembangan pendidikan karakter terhadap diri
sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada wagra sekolah yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama Lingkungan,
maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan Kamil. Dalam pendidikan karakter di Indonesia
semua komponen harus dilibatkan, termasuk
komponen-komponen pendidikan itu sendiri.
Pendidikan Karakter Merupakan sebuah
program yag terencana dan tersusun rapi berdasarkan cara pemikiran, dan prinsip
tertentu sesuai dengan tujuan dan misi tiap lembaga pendidikan. Karena itu,
agar kita dapat mengetahui perkambangan dan kemajuan, serta keberhasilan
program ini dibuthukan standar penilaian dan tata cara evaluasi yang tepat agar
program dapat diperbaiki, di tingkakan, sehingga menjadi semakin efektif.
Terlepas dari berbagai kekurangan dalam
praktik pendidikan di Indonesia, apabila di lihat dari standar nasional
pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum (KTSP) dan implementasi
pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan karakter di sekolah
selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai dan
belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan
sehari-hari.
2.2 Cara
Mengembangkan Pendidikan Karakter untuk anak
Membuat anak bahagia dan sehat merupakan tantangan
bagi orang tua dan pendidik. Bagaimana Mengembangkan Pendidikan Karakter di
Sekolah ?
1.
Prinsip Komunikasi keluarga-Sekolah
Pendidikan
dasar merupakan kelanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Kerja sama antara
sekolah dengan keluarga merupakan hal yang sangat penting. Sekolah tidak
mungkinmengembangkan pendidikan karakter tanpa peran aktif orang tua. Kerjasama
keduanya diperlukan. Komunikasi sekolah dengan keluarga bisa bermacam-macam.
Mulai dari pertemuan orang tua, buletin sekolah, surat edaran, dll. Intinya,
segala macam cara dan alat komunikasi dengan orang tua bisa digunakan.
2.
Prinsip Sehat
Pengembangan
pendidikan karakter bertujuan membuat anak bertumbuh secara sehat. Setiap
program yang dibuat mesti mempertimbangkan kesehatan pertumbuhan anak didik.
Kesehatan yang dimaksud adalah kesehatan jasmani, rohani, dan psikologis.
Anak-anak mesti diajari bagaimana cara menjaga kesehatan. Mereka perlu
mengetahui dan mengenali makanan-makanan sehat di sekitar lingkungan sekolah
mereka.
3.
Prinsip Kegembiraan
Program
pendidikan karakter di tingkat dasar bertujuan membuat anak gembira. Berbagai
macam jenis permainan, dinamika kelompok, serta permainan lain ditujukan agar
anak merasakan dan mengalami kegembiraan. Kegembiraan ini tidak bersifat
individual, melainkan kegembiraan semua. Program pendidikan karakter yang
berhasil membuat semua anak menjadi riang dan gembira.
4.
Prinsip Belajar
Mau
tidak mau, lembaga pendidikan adalah sebuah tempat di mana anak menghayati
nilai belajar. Memupuk semangat belajar, membuat anak gemar membaca dan
bertanya merupakan sasaran setiap sekolah. Membuat anak kerasan dan nyaman di
sekolah adalah syarat utama lingkungan belajar yang baik.
5.
Prinsip Kreatifitas
Jangan
pernah mematikan kreatifitas siswa. Setiap anak adalah unik. Juga mereka
memiliki motivasi tertentu dalam bertindak. Pendidik perlu memahami motivasi
siswa sebelum memberikan penilaian. Memberikan pujian, dukungan, dan
semangat bagi setiap anak sangat diperlukan. Kreatifitas anak perlu diapresiasi
dan dihargai.
2.3 Peranan Guru
dalam Pengembangan Pendidikan Karakter di Sekolah
Dalam
Pengembangan Karakter peserta didik di Sekolah, Guru memiliki posisi yang
strategis sebagai pelaku utama. Guru merupakan sosok yang bisa digugu
dan ditiru atau menjadi idola bagi peserta didik. Guru bisa menjadi sumber
inpirasi dan motivasi peserta didiknya. Sikap dan prilaku seorang guru sangat
membekas dalam diri siswa, sehingga ucapan, karakter dan kepribadian guru
menjadi cermin siswa. Dengan demikian guru memiliki tanggung jawab besar dalam
menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Tugas-tugas
manusiawi itu merupakan transpormasi, identifikasi, dan pengertian tentang diri
sendiri, yang harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan yang
organis, harmonis, dan dinamis.
Ada
beberapa strategi yang dapat memberikan peluang dan kesempatan bagi guru untuk
memainkan peranannya secara optimal dalam hal pengembangan pendidikan karakter
peserta didik di sekolah, sebagai berikut :
1. Optimalisasi peran guru dalam proses
pembelajaran. Guru tidak seharusnya menempatkan diri sebagai aktor yang dilihat
dan didengar oleh peserta didik, tetapi guru seyogyanya berperan sebagai
sutradara yang mengarahkan, membimbing, memfasilitasi dalam proses
pembelajaran, sehingga peserta didik dapat melakukan dan menemukan sendiri
hasil belajarnya.
2. Integrasi materi pendidikan karakter ke dalam
mata pelajaran. Guru dituntut untuk perduli, mau dan mampu mengaitkan
konsep-konsep pendidikan karakter pada materi-materi pembelajaran dalam mata
pelajaran yang diampunya. Dalam hubungannya dengan ini, setiap guru dituntut
untuk terus menambah wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan
karakter, yang dapat diintergrasikan dalam proses pembelajaran.
3. Mengoptimalkan kegiatan pembiasaan diri yang
berwawasan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia. Para guru (pembina
program) melalui program pembiasaan diri lebih mengedepankan atau menekankan
kepada kegiatan-kegiatan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia yang
kontekstual, kegiatan yang menjurus pada pengembangan kemampuan afektif dan
psikomotorik.
4. Penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif
untuk tumbuh dan berkembangnya karakter peserta didik. Lingkungan terbukti
sangat berperan penting dalam pembentukan pribadi manusia (peserta didik), baik
lingkungan fisik maupun lingkungan spiritual. Untuk itu sekolah dan guru perlu
untuk menyiapkan fasilitas-fasilitas dan melaksanakan berbagai jenis kegiatan
yang mendukung kegiatan pengembangan pendidikan karakter peserta didik.
5. Menjalin kerjasama dengan orang tua peserta
didik dan masyarakat dalam pengembangan pendidikan karakter. Bentuk kerjasama
yang bisa dilakukan adalah menempatkan orang tua peserta didik dan masyarakat
sebagai fasilitator dan nara sumber dalam kegiatan-kegiatan pengembangan
pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah.
6. Menjadi figur teladan bagi peserta didik.
Penerimaan peserta didik terhadap materi pembelajaran yang diberikan oleh
seorang guru, sedikit tidak akan bergantng kepada penerimaan pribadi peserta
didik tersevut terhadap pribadi seorang guru.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari Penjelasan di awal, dapat disimpulkan
bahwa dalam konteks sistem pendidikan sekolah untuk mengembangkan pendidikan
karakter peserta didik, guru harus di posisikan atau memposisikan diri pada
hakekat yang sebenarnya, yaitu : a) Guru merupakan Pengajar dan Pendidik yang
berarti disamping mentransfer ilmu pengetahuan, juga mendidik dan mengembangkan
kepribadian peserta didik melalui interaksi yang dilakukannya di kelas dan luar
kelas. b) Guru hendaknya diberikan hak penuh (hak mutelak) dalam melakukan
penilaian (Evaluasi) hasil pembelajaran, karena dalam masalah kepribadian atau
karakter peserta didik, guru merupakan pihak yang paling mengetahui tentang
kondisi dan pengembangannya. dan c) Guru hendaknya mengembangkan sistem
evaluasi yang lebih menitikberatkan pada aspek afektif, dengan menggunakan alat
dan bentuk penilaian essay dan wawancara langsung dengan peserta didik. Orang
tua pun juga berperan untuk meningkatkan pendidikan karakter untuk anak-anak
mereka.
3.2 Saran
1. Untuk Orang tua, sebaiknya berperan aktif
dalam mengontrol pendidikan karakter untuk anak-anak mereka.
2. Bagi Pemerintahan, agar lebih menerapkan
pendidikan berkarakter di sekolah, sebab pendidikan berkarakter berpengaruh
untuk generasi penerus yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2000
Bahan Dasar Peningkatan Wawasan Keagamaan
(Islam) Guru Bukan Pendidikan Agama SLTP dan SMA, Depdiknas Dirjen Dikdasmen Bagian Proyek
Peningkatan Wawasan Keagamaan Guru, Jakarta.
Ahmad Tafsir, 2001
Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan siswa
melalui mata Pelajaran Umum, Gema PWKGA Edisi April 2001 : 1-5
Jamal Ma’mur Asmani, 2001
0 komentar:
Posting Komentar