PENDAHULUAN
Masa kanak-kanak,
remaja, dewasa, dan kemudian menjadi orangtua, tidak lebih hanyalah merupakan
suatu proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan dari tahap-tahap
pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa pertumbuhan
memiliki ciri-ciri tersendiri. Masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Demikian pula dengan masa remaja. Masa remaja sering dianggap
sebagai masa yang paling rawan dalam proses kehidupan ini. Masa remaja sering
menimbulkan kekuatiran bagi para orangtua. Masa remaja sering menjadi
pembahasan dalam banyak seminar.
Padahal bagi si
remaja sendiri, masa ini adalah masa yang paling menyenangkan dalam hidupnya.
Oleh karena itu, para orangtua hendaknya berkenan menerima remaja sebagaimana
adanya. Jangan terlalu membesar-besarkan perbedaan. Orangtua para remaja
hendaknya justru menjadi pemberi teladan di depan, di tengah membangkitkan
semangat, dan di belakang mengawasi segala tindak tanduk si remaja.
Remaja adalah masa
peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan sependapat bahwa
remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun.
Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun
masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari
pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui
metoda coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan
sering menimbulkan kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi
lingkungan dan orangtuanya. Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan
menyenangkan teman sebayanya. Hal ini karena mereka semua memang sama-sama
masih dalam masa mencari identitas. Kesalahan-kesalahan yang menimbulkan
kekesalan lingkungan inilah yang sering disebut sebagai kenakalan remaja.
BAB I
A. Latar Belakang
Masa pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa ini disebut juga
masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Pada anak
perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa
ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon
seksualitas dan mulai berkembangnya organ- organ seksual serta organ-organ
reproduksi remaja.
Di samping itu,
perkembangan intelektualitas yang sangat pesat jga terjadi pada fase ini.
Akibatnya, remaja-remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik (karena merasa
tahu segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun
pembantahan terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya
baik, serta menjadikannya sebagai “hero” atau pujaannya. Perilaku ini akan
diikuti dengan meniru segala yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model
rambut, gaya bicara, sampai dengan kebiasaan hidup pujaan tersebut.
Selain itu, pada masa
ini remaja juga cenderung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih
berani mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat
mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh orang tua sebagai pembangkangan.
Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil lagi. Mereka lebih senang
bergaul dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya. Mereka
juga semakin berani menentang tradisi orang tua yang dianggapnya kuno dan
tidak/kurang berguna, maupun peraturan-peraturan yang menurut mereka tidak
beralasan, seperti tidak boleh mampir ke tempat lain selepas sekolah, dan
sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan minat untuk bergabung dalam kelompok
sosial yang formal, dan cenderung bergabung dengan teman-teman pilihannya.
Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat teman karibnya daripada bersama
keluarga berkunjung ke rumah saudara.
Tapi, pada saat yang
sama, mereka juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap sedia dari
orang tuanya, jika mereka tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada saat ini
adalah saat yang kritis. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan
psikisnya untuk mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya
dari orang lain. Orang tua harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja,
meskipun bagi orang tua itu merupakan masalah sepele, tetapi bagi remaja itu
adalah masalah yang sangat-sangat berat.
Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Di samping itu,
remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual.
Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan
seksualitasnya, remaja sukar diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap
kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan
sosial remaja di masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung dengan kelompok
yang disukainya dan membuat peraturan-peraturan dengan pikirannya sendiri.
Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Pada masa ini, remaja
yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat menerima kodratnya,
baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga karena tubuh mereka
dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat.
Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja pria,
sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan remaja
pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai
sepenuhnya. Namun kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.
Periode remaja Adolesen
(19 - 21 tahun)
Pada periode ini
umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna, baik segi fisik, emosi,
maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan
mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka
mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya.
Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya,
minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat-sifat yang
menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.
B. Tujuan dan Manfaat
- Mengidentifkasi dan memberikan
gambaran bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan remaja.
- Untuk mengetahui hubungan antara kenakalan remaja dengan keberfungsian sosial keluarga.
- Untuk mengetahui hubungan antara kenakalan remaja dengan keberfungsian sosial keluarga.
BAB II
A. Pengertian Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja
biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses
perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya.
Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan
perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis,
kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan
dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali
didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak
menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungan,
seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, dan sebagainya.
Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu.
Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu.
Emosi dan perasaan
mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman,
maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja
tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik
psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka harus diberi
lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya. Pertanyaannya : tugas siapa
itu semua ? Orang tua-kah ? Sedangkan orang tua sudah terlalu pusing memikirkan
masalah pekerjaan dan beban hidup lainnya. Saudaranya-kah ? Mereka juga punya
masalah sendiri, bahkan mungkin mereka juga memiliki masalah yang sama.
Pemerintah-kah ? Atau siapa ? Tidak gampang untuk menjawabnya. Tetapi,
memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan
perkembangan anak-anak kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi
kenakalan remaja. Minimal tidak menambah jumlah kasus yang ada.”
B. Faktor – faktor pendukung kenakalan remaja dan
Cara mengatasinya
1. PENGARUH
TEMAN
Cara Mengatasi :
•
mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai
• orangtua hendaknya juga memberikan
kesibukan dan mempercayakan sebagian tanggung jawab rumah tangga kepada si
remaja. Pemberian tanggung jawab ini hendaknya tidak dengan pemaksaan maupun
mengada-ada. Sebab dengan memberikan tanggung jawab dalam rumah akan dapat
mengurangi waktu anak ‘kluyuran’ tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak
mengetahui tugas dan kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah tangga.
• Dilatih untuk disiplin serta mampu
memecahkan masalah sehari-hari. Mereka dididik untuk mandiri. Selain itu,
berilah pengarahan kepada mereka tentang batasan teman yang baik.
2. TEKANAN
ORANG TUA DALAM MEMILIH PENDIDIKAN
Memberikan pendidikan
yang sesuai adalah merupakan salah satu tugas orangtua kepada anak, agar anak
dapat memperoleh pendidikan yang sesuai, pilihkanlah sekolah yang bermutu.
Terkadang hal ini yang menjadikan orang tua berkeras hati untuk memasukan
anaknya kesekolah yang manurut orang tua adalah yang terbaik tapi belum tentu
untuk anak itu sendiri. Tak jarang dengan adanya selisih paham tentang
pendidikan anak menjadi lebih egois karena dia mempunyai tempat pendidikan
menurutnya terbaik. Pemaksaan ini tidak jarang justru akan berakhir dengan
kekecewaan. Sebab, meski memang ada sebagian anak yang berhasil mengikuti
kehendak orangtuanya tersebut, tetapi tidak sedikit pula yang kurang berhasil
dan kemudian menjadi kecewa, frustrasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah sama
sekali. Mereka malah pergi bersama dengan kawan-kawannya, bersenang-senang
tanpa mengenal waktu bahkan mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna
obat-obat terlarang.
Cara Mengatasinya :
• Ketika anak telah
berusia 17 tahun atau 18 tahun yang merupakan akhir masa remaja, anak mulai
akan memilih perguruan tinggi. Orangtua hendaknya membantu memberikan
pengarahan agar masa depan si anak berbahagia. Arahkanlah agar anak memilih
jurusan sesuai dengan kesenangan dan bakat anak, bukan semata-mata karena
kesenangan orang tua.
• Beriakan
Kepercayaan anak untuk memilih pendidikannya dan orang tua mengawasi anak dan
jangan terlalu membatasi selama itu masih dalam batas kewajaran.
0 komentar:
Posting Komentar