This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rabu, 13 Juni 2012

Keselarasan IMTAQ dan IPTEK

Pada masa era globalisasi ini, pendidikan begitu pesat sekali sesuai dengan perkembangan iptek dan teknologi yang semakin hari semakin berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Setiap hari orang bisa membuka internet, website, facebook untuk mencari informasi di segala arah penjuru. Namun dengan perkembangan tersebut, sehingga biasanya seseorang lupa dengan waktu karena dibuai oleh canggihnya teknologi. Walaupun kecanggihan teknologi semakin hari semakin berkembang, namun pendidikan di Indonesia ini masih saja ketinggalan dari Negara-negara jiran tetangga.

Dengan ketertinggalan Negara Indonesia dari Negara lain, walaupun kurikulum telah diterapkan, hanya berhasil dengan beberapa persen (%) sehingga pemerintah menetapkan kurikulum dengan perkembangan iptek dan imtaq. Iptek yang berarti ilmu pengetahuan dan teknologi ini hampir bisa menyaingi dari Negara-negara lain. Tetapi dalam menanamkan nilai-nilai iman dan taqwa terhadap pendidik ini jauh sekali dari apa yang diharapkan?

     Mengapa itu bisa kita katakan? Jawabannya sangat jelas sekali, seperti anak pemuda yang mabuk-mabukan, minuman keras, berjudi, memasang togel dan lain-lain. Padahal dalam pengembangan kurikulum yang berdasarkan imtaq dan iptek agar dapat memberi kesempatan kepada peserta didik untuk: (a) belajar beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan perkembangan zaman agar tidak ketinggalan dengan negara lain, (c) belajar untuk memahami dan menghayati penciptaan alam semesta, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan (f) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Kesempatan untuk belajar teknologi dalam pendidikan yang memegang peran yang sangat penting dan selaras dengan iman dan taqwa (imtaq) agar para pendidik dapat menerapkan kepada yang lagi menuntut ilmu baik dari Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi (PT). Setelah selesai menuntut ilmu di Perguruan Tinggi, selayaknya berbagi pengetahuan yang didapat di bangku kuliah untuk berbagi ilmu dengan masyarakat setempat/pedesaan.

Dengan kepedulian dan pengetahuan kita, sehingga dapat mengajar kepada masyarakat yang masih buta huruf, buta tentang agama walaupun sudah bisa menggunakan teknologi misalnya handpone agar mengetahui pentingnya imtaq.  Setelah masyarakat mengetahui pentingnya imtaq, mereka akan menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam terhadap anak mereka agar selalu hormat terhadap orang tua, kepada yang lebih tua dari mereka dan selalu menjalankan perintah dan segala larangan-Nya. Kesadaran adalah awal dari kesuksesan terhadap setiap insan, maka itu pentingnya pengetahuan dan teknologi yang selaras dengan iman dan taqwa agar selalu waspada dan takut terhadap kesalahan yang telah diperbuat.

Bahaya Narkoba Bagi Remaja


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Bahaya Narkoba atau Narkotika Telah diketahui secara luas, namun masih saja banyak yang doyan menikmati barang haram tersebut. Tidak diragukan lagi bahwa kelemahan iman dan ketidak bersimpuhan kepada Allah dalam segala kesulitan merupakan faktor terpenting yang mengkondusifkan kecanduan narkoba. Narkotika yaitu jalan setan, dan jalan Allah yang tidak mungkin bertemu dengan jalan setan. Narkoba atau obat-obatan terlarang ini sangat mudah beredar dengan demikian kita sebagai remaja-remaja penerus haruslah waspada dalam bergaul baik dilingkungan masyarakat ataupun dilingkungan sekolah.
Para peredar narkoba saat ini banyak mengedarkan narkoba kepada remaja-remaja SMA, karena daya hasut anak SMA lebih mudah dan anak SMA juga mudah terpengaruh. Sekarang ini banyak siswa siswi SMA yang dikeluarkan karena mereka pecandu narkoba. Oleh karena ini guru dan orang tua haruslah lebih mengamati gerak gerik anak didiknya saat ini dan pengawasan ketat haruslah dimulai saat dini agar anak-anak bangsa tidak menjadi ahli pecandu narkoba.

1.2  Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.      Bagaimana cara pemerintah untuk mencegah peredaran narkoba yang semakin marak ini ?
2.      Dampak-dampak yang ditimbulkan dari narkoba ?

1.3  Tujuan
1.      Menjelaskan tentang pencegahan peredaran narkoba
2.      Menjelaskan dampak-dampak dari penyalahgunaan narkoba yang berlebihan.

1.4  Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut :
1.      Masyarakat agar bisa mengetahui kalau narkoba memang tidak pantas untuk dikonsumsi
2.      Para remaja agar bisa membatasi pergaulan yang semakin marak ini.
3.      Agar masyarakat lebih berfikir jernih tentang pentingnya kesehatan.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Definisi Bahaya Narkoba
Narkoba menurut pengertian Farmokologi medis adalah obat yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan penurunan tingkat kesadaran serta mengandung zat adiktif yang dapat menimbulkan kecanduan. Narkoba berasal dari tanaman kokain dan tanaman ganja. Narkoba pada zaman sekarang ini menjadi masalah diberbagai negara termasuk Indoensia. Narkoba yang sering terkenal adalah seperti Ganja, Eroin, Kokain, Morfin, Amfetamin dan masih banyak lagi.
Golongan Narkotika Berdasarkan bahan pembuatannya dibagi menjadi 3 anatara lain :
1.      Narkotika Alami
Zat dan obat yang langsung bisa dipakai sebagai narkotik tanpa perlu adanya proses Fermentasi, Isolasi dan proses lainnya terlebih dahulu karena bisa dipakai dengan sedikit proses sederhana. Bahan alami tersebut umumnya tidak boleh digunakan untuk terapi pengobatan secara langsung karena terlalu beresiko. Contoh Narkotika alami : ganja dan daun koka.
2.      Narkotika Sintetis/ semi sintetis
Narkotika jenis ini memerlukan proses yang bersifat sintetis untuk keperluan medis dan penelitian sebagai penghilang rasa sakit/ anal gesik, contohnya yaitu Seperti amfetamin, metadon, dekstropropaksiten, deksamfetamin.
Narkotika sintetis dapat menimbulkan dampak sebagai berikut :
a.       Depresan : membuat pemakai tertidur atau tidak sadarkan diri
b.      Stimulan : membuat pemakai bersemangat dalam beraktifitas kerja dan merasa badan lebih segar.
c.       Halusinogen : dapat membuat sipemakai jadi berhalusinasi yang merubah perasaan serta pikiran.
3.      Narkotika Semisintesis/ semisintesis
Yaitu zat yang diproduksi dengan cara isolasi, ekstraksi, dan lain-lain sebagainya seperti heroin, kodein dan lain-lain.
Tanaman yang termasuk jenis narkotika
1.      Tanaman Papaver
2.      Tanaman Opium mentah
3.      Tanaman Opium Masak
4.      Tanaman Opium Obat
5.      Tanaman Mortina
6.      Tanaman Kokain
7.      Tanaman Ekofhina
8.      Tanaman Ganja
Narkoba itu sendiri berasal dari 3 tanaman
1.      Paper Somniferum (Candu)
2.      Erythhoxyioncoca (Kokain)
3.      Can Nabissativa (Ganja)



2.2  Bagaimana cara pemerintah untuk mencegah peredaran Narkoba yang semakin marak ini ?
Berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah antara lain :
1.      Mengadakan pengawasan yang sangat ketat terhadap pengedaarn narkoba dan pemakai narkoba.
2.      Melakukan kerjasama dengan pihak yang berwenang misalnya, orang tua dan polisi.
3.      Memberikan hukuman yang berat terhadap pengedar narkoba dan pemakainya agar tidak mengulanginya
4.      Pihak sekolah harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap siswa-siswinya dan kadang-kadang pegnedaran sering terjadi di lingkungn sekolah
5.      Yang terpenting adalah pendidikan moral dan agama haruslah lebih ditekankan pada siswa.
Selain itu pencegahan juga bisa melalui upaya pencegahan, represif, kuratif dan rehabilitatif. Dinas kesehatan, pihak kepolisian dan badan nerkotika nasional juga menggelar sosialisasi  menanggulangi dan memerangi narkoba khususnya pada remaja-remaja. Pemerintah juga melaksanakan dengan cara edukatif pembinaan dan lingkungan pola hidup masyarakat untuk meningkatkan kesadaran moralnya.

Dampak Negatif Dari Narkoba
Narkoba bisa saja membuat nyawa seseorang hilang atau meninggal, berikut ini dampak-dampak dari penyalahgunaan narkoba/narkotika :
·         Dampak dari penyalahgunaan Narkoba/Narkotika antara lain :
1.      Dampak Narkoba Terhadap Fisik
Pemakai Narkoba akan mengalami gangguan fisik sebagai berikut :
a.       Berat badan menurun
b.      Mata terlihat cekung dan berwana merah
c.       Mukanya terlihat sangat pucat
2.      Dampak Negatif terhadap Emosi
a.       Semangat sensitif dan sangat mudah bosen
b.      Emosi sering tidak stabil
c.       Kehilangan nafsu makan
Selain dampak-dampak diatas narkoba juga menimbulkan gangguan kesehatan jasmani dan rohani, merusak fungsi organ vital tubuh misalnya : otak, paru-paru, jantung, ginjal, hati. Narkoba juga berdampak pada perilaku misalnya sering melupakan tanggung jawab, menjauh dari keluarga, sering menyendiri, menghabiskan waktu di tempat sepi, takut akan air, bersikap manupu latif dan masih banyak lagi yang ditimbulkan oleh narkoba.

BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
1.      Masyarakat perlu menghindari diri dari penyebaran narkoba
2.      Narkoba adalah sumber tindakan kriminalitas yang bisa merusak norma dan masa depan anak bangsa
3.      Narkoba sangatlah mempegnaruhi kesehatan bagi tubuh kita

3.2    Saran
1.      Handaklah masyarakat harus lebih peduli dengan kesehatan tubuh kita
2.      Pemerintah hendaknya segera mencari solusi agar peredran narkoba tidak terjadi lagi.

Selasa, 12 Juni 2012

ANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN “PERCAYAI AKU BUNDAKU” KARYA “LAILATUL MUNAWAROH”


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Cerpen sebagai karya fiksi dibangun oleh unsur-unsur pembangun di dalamnya, yaitu oleh unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Cerpen memiliki unsur peristiwa, alur, tema, tokoh, sudut pandang dan lain-lain. Karena bentuknya pendek, cerpen yang menurut penceritaan yang serba ringkas, tidak sampai pada detil-detil khusus yang lebih bersifat memperpanjang cerita. Cerpen sebagai karya sastra prosa memiliki unsur-unsur dalam (intrinsik) yang membangunnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah unsur-unsur tersebut membentuk kesatuan yang utuh. Dalam hal ini, satu unsur akan mempengaruhi unsur lainnya.
Agar dapat lebih memahami unsur-unsur dalam cerpen dan untuk memahami nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen yang berjudul “Percayai Aku Bunda” karya Lailatul Munawaroh, saya membuat analisis unsur intrinsik cerpen “Percayai Aku Bunda” karya Lailatul Munawaroh.

B.     Identifikasi Masalah
Dalam cerpen terdapat 2 unsur pembangun yaitu: unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik dalam cerpaen meliputi:
-          Tema adalah keseluruhan isi cerita yang tersirat dalam cerpen.
-          Alur atau jalan cerita merupakan bagian dari rangkaian perjalanan cerita. Alur terbagi menjadi 3 macam. Yaitu: alur maju, alur mundur dan alur maju mundur (gabungan)
-          Tokoh dan penokohan. Tokoh yaitu pelaku dalam cerita. Sedangkan penokohan merupakan watak atau sifat tokoh, penokohan/ perwatakan ada 3 macam yaitu Antagonis (tokoh jahat), Protagonis (tokoh baik) dan Tritagonis (tokoh penengah).
-          Latar merupakan suasana, tempat, dan waktu terjadinya peristiwa dalam cerpen. Latar terbagi menjadi 3 macam yaitu latar tempat, latar waktu dan latar suasana.
-          Sudut pandang terbagi menjadi 2 macam yaitu orang utama (tokoh utama dan tokoh pendamping) dan orang ketiga.
-          Gaya bahasa.
-          Amanat/ pesan yang tersirat dalam cerpen.

C.     Batasan Masalah
Karena keterbatasan pemikiran dan biaya, saya akan menganalisis 3 unsur cerpen yaitu tokoh dan penokohan/ latar dan amanat.
D.    Rumusan Masalah
Masalah yang akan dirumuskan dalam karya ilmiyah ini meliputi:
-          Siapa saja tokoh yang ada dalam cerpen “Percayai Aku Bunda” karya Lailatul Munawaroh?
-          Di mana, kapan dan bagainama suasana cerita dalam cerpen “Percayai Aku Bunda” karya Lailatul Munawaroh itu terjadi?
-          Apa amanat cerita yang terkandung dalam cerpen “Percayai Aku Bunda” karya Lailatul Munawaroh tersebut?
-          Bagaimana perwatakan dalam cerpen “Percayai Aku Bunda” karya Lailatul Munawaroh?

E.     Tujuan Pembahasan
Analisis unsur intrinsik cerpen “Percayai Aku Bunda” karya Lailatul Munawaroh bertujuan untuk mendiskripsikan tokoh, latar, dan amanat yang tersirat dalam cerpen tersebut.

F.      Kajian Masalah
Unsur Intrinsik cerpen adalah unsur yang membangun cerpen dari dalam yang meliputi : Tema, tokoh dan penokohan, latar, amanat, sudut pandang, alur dan gaya bahasa.
Menurut Dendy Sugono (2002 : 24) tokoh adalah pelaku yang terdapat dalam cerita, sedangkan penokohan adalah watak atau sifat yang dimiliki oleh sipelaku (Tokoh) dalam cerita tersebut.
Menurut fananie Zainuddin (2001: 21) latar adalah bagian dari Unsur Intrinsik cerpen yang menunjukkan suasana, tempat dan waktu terjadinya peristiwa dalam cerpen. Latar ada 3 macam : Latar tempat (berhubungan dengan tempat peristiwa dalam cerpen tersebut berlangsung, latar waktu (berhubungan dengan waktu dimana peristiwa dalam cerpen tersebut berlangsung). Latar suasana (berhubungan dengan suasana saat kejadian tersebut).
Menurut Andy Santoso (1999 : 25) amanat merupakan pesan yang tersirat/hal yang dapat di ambil dan direnungi dari persitiwa dalam cerpen tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Tokoh dan penokohan
No.
Tokoh
Penokohan
Bukti Pendukung
1.

2.






3.
Laila

Isnul






Bunda
Pemborosan

Penolong


Perhatian



Perhatian
-          Bunda payah nul ! Tidak mau memberikan uang saku bulanan
-          Aku lupa minta ongkos pada bunda, Laila kebingungan
Ya Sudah, Pakai Uangku saja, Isnul memutuskan.
-          Coba Kamu sisihkan sebagian uangmu setiap hari. Tunjukkan pada bunda bahwa kamu bisa mengatur uang saku. Mudah-mudahan bundamu akan berubah pikiran tentang kamu.
-          Tak Perlu menyesal, tak ada kata terlambat untuk melakukan kebaikan sayang... suara merdu berbisik terdengar ditelinga Laila.

B.     Latar
No.
Jenis Latar
Latar
Bukti Pendukung
1.

2.
3.


Tempat

Waktu
Suasana
Bus Kota

Pagi hari
Gelisah
-       Saat Laila dan isnul di bus kota, akan berangkat kesekolah di pagi hari.
-       Akan berangkat ke sekolah di pagi hari
-       Astaga ! Laila menepuk dahinya.
Kenapa Laila ? Isnul Heran
Aku lupa minta ongkos pada bunda, Laila kebingungan.

C.     Amanat
No.
Amanat
Bukti Pendukung
1
Janganlah jadi orang yang pemboros
Mmm, aku memang pernah melakukan kesalahan dulu bunda, selalu memberiku uang saku untuk seminggu. Tapi baru hari ke empat uang itu sudah habis sejak itu bunda memberiku uang saku harian.

D.    Batasan Masalah
Karena keterbatasan pemikiran dan biaya, saya hanya akan menganalisis 3 unsur cerpen yaitu tokoh dan penokohan, latar dan amanat.

E.     Rumusan Masalah
Masalah yang akan dirumuskan dalam karya ilmiah ini meliputi :
-          Siapa saja tokoh yang ada dalam cerpen “Percayai Aku Bunda” karya Lailatul munawaroh ?
-          Dimana, kapan dan suasana cerita dalam cerpen “Percayai Aku Bunda” karya Lailatul munawaroh itu terjadi ?
-          Apa amanat cerita yang terkandung dalam cerpen “Percayai Aku Bunda” karya Lailatul  munawaroh tersebut ?
-          Bagaimana perwatakan dalam cerita tersebut ?

F.      Tujuan pembahasan
Analisis unsur intrinsik cerpen “Percayai Aku Bunda” karya Lailatul munawaroh bertujuan untuk mendiskripsikan tokoh latar dan amanat yang tersirat dalam cerita tersebut.

G.    Kajian masalah
Unsur intrinsik cerpen adalah unsur yang membangun cerpen dari dalam yang meliputi tema, tokoh dan penokohan, latar amanat, sudut pandang, alur dan gaya bahasa.
Menurut dendy sugono (2002 : 24) tokoh adalah pelaku yang terdapat dalam cerita, sedangkan penokohan adalah watak atau sifat yang dimiliki oleh sipelaku (tokoh) dalam cerita tersebut.
Menurut fananie Zainudin (2001 : 21) Latar adalah bagian dari Unsur intrisnik cerpen yang menunjukkan suasana, tempat dan waktu terjadinya peristiwa dalam cerpen. Latar ada 3 macam : Latar tempat (berhubungan dengan tempat dimana peristiwa dalam cerpen tersebut berlangsung), Latar waktu (berhubungan dengan waktu dimana peristiwa dalam cerpen tersebut berlangsung), Latar Suasana (berhubungan dengan suasana saat kejadian tersebut).
Menurut andy Santoso (1999 : 25) amanat merupakan pesan yang tersirat/ha yang dapat diambil dan direnungi dari persitiwa dalam cerpen tersebut.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1)      Tokoh Utama dari cerpen “Percayai Aku Bunda” karya Lailatul Munawaroh sangatlah beragam sikap-sikapnya. Terutama Laila dia adalah anak yang pemboros tidak mau menyisihkan uang saku hariannya. Adapun isnul yang mau menolong Laila saat kebingungan.
2)      Latar yang terjadi di dalam cerpen “Percayai Aku Bunda” adalah di bus kota saat berangkat ke sekolah pagi hari.
3)      Amanat yang terkandung dalam cerpen “Percayai Aku Bunda” adalah janganlah jadi orang yang pemboros, dan dengarkan nasehat seorang ibu.

B.     Kritik dan Saran
Dari pembahasan di atas saya berharap agar pembaca dapat lebih memahami cerita dalam cerpen tersebut di atas karya Ilmiyah ini. Mungkin masih terdapat banyak kesalahan karena luput dari salah dan lupa, maka dari itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan analisis ini.



PERCAYAI AKU, BUNDA
Karya : Lailatul Munawaroh

Saat Laila dan Isnul di bus kota, akan berankat ke sekolah di pagi Hari Ketika Laila Bengong.
“Hampir sampai, nih!” Isnul menepuk bahu Laila yang dari tadi bengong.
Laila menoleh sambil tersenyum, berusaha menyembunyikan kekagetannya.
Tapi…”
Astaga!” Laila menepuk dahinya.
“Kenapa, La?” Isnul heran.
“Aku lupa minta ongkos pada Bunda, “Laila kebingungan.
“Ya sudah, pakai uangku saja,” Isnul memutuskan.

Begini jadinya kalau terlambat bangun, batin Laila. Pergi terburu-buru, tanpa sarapan, dan yang paling parah, ya itu, lupa minta uang pada Bunda. Bunda juga lupa sepertinya. Padahal pergi dan pulang sekolah Laila harus naik bis kota. Belum lagi kalau lapar, harus jajan.
Tadi malam Laila memang susah tidur. Dia terus memikirkan sikap bundanya yang tidak percaya padanya. Bunda menganggap Laila pemboros, tak pandai mengatur uang, suka belanja, dan banyak lagi julukan lain yang Bunda berikan pada Laila. Yang membuat Laila paling kesal, Bunda memperlakukannya seperti anak kelas tiga SD. Uang saku diberikan setiap mau berangkat sekolah. Sebel banget! Batin Laila.

“Bunda payah, Nul ! Tidak mau memberiku uang saku bulanan. Padahal kan, repot, kalau kejadian seperti ini terjadi. Untung ada kamu. Kalau tidak, aku tidak tahu harus berbuat apa, “Laila melontarkan kekesalannya saat mereka turun dari bis kota. Isnul tersenyum.
“Masih untung kamu dapat uang saku harian. Coba kalau tidak dapat samasekali, kan lebih parah,” goda Isnul. “Eh, La! Mungkin bundamu punya pertimbangan lain,” sambung Isnul.
“Pertimbangan apa? Pertimbangan pelit?”
“Ya… siapa tahu kamu pernah melakukan kesalahan. Sehingga bundamu menganggap kamu pemboros. Coba ingat-ingat.”
“Mmm, aku memang dulu pernah melakukan kesalahan. Dulu Bunda selalu memberiku uang saku untuk seminggu. Tapi baru hari keempat uang itu selalu sudah habis. Sejak itu Bunda memberiku uang saku harian.”
“Nah, itu kamu tahu penyebabnya. Jadi memang ada alasannya, kan, bundamu tidak memberi uang bulanan.”
“Ya… tapi itu kan dulu, Nul! Masa’ sekarang Bunda masih belum bisa mempercayai aku.”
Isnul tersenyum. “Laila, kamu harus berusaha mengembalikan kepercayaan Bunda dengan melakukan sesuatu.”
Laila mengernyit, “Melakukan apa?”
“Coba kamu sisihkan sebagian uang sakumu setiap hari. Tunjukkan pada Bunda bahwa kamu bisa mengatur uang saku. Mudah-mudahan bundamu akan berubah pikiran tentang kamu."
“Kamu yakin itu akan berhasil?” Laila ragu.
“Coba dulu, baru kasih komentar!”
Ya, memang tak ada salahnya mengikuti saran Isnul, pikir Laila. Lagipula saran Isnul cukup masuk akal. Mencoba mendapat kepercayaan Bunda dengan melakukan sesuatu. Bukan dengan janji-janji.
Laila pun mulai menyisihkan uang sakunya. Ia juga mulai belajar mencatat pengeluaran dan pemasukan uangnya sekecil apapun.Tanpa terasa dua minggu pun berlalu.
“Ah…” Laila menarik napas lega memandangi lembaran ribuan di kotak bekas coklat di atas meja belajarnya. “Coba dari dulu aku menabung,“Laila bergumam lirih.
“Tak perlu menyesal. Tak ada kata terlambat untuk melakukan kebaikan, sayang…” suara merdu berbisik di telinga Laila. Laila menoleh.
“Bunda…”
Bunda tersenyum sambil mengusap rambut Laila. “Bunda tahu kamu sedang berusaha berubah. Diam-diam Bunda selalu mengikuti apa yang kamu lakukan.”
“Terima kasih Bunda. Cuma…”Laila menggaruk-garuk kepalanya.
“Cuma apa!” Bunda mengerutkan dahinya.
“Bunda jangan bikin aku harus berhutang pada kondektur bis, dong! Gara-gara Bunda lupa memberiku ongkos.”
“Ha ha ha, itu tak akan terjadi lagi, sayang. Mulai besok kamu akan mendapat uang bulanan. Jadi, kalau kamu lupa bawa ongkos, bukan tanggung jawab Bunda lagi!” Bunda menjentik hidung Laila.
Laila memeluk bundanya erat-erat. Laila sangat bahagia. Bukan cuma karena ia mendapat uang bulanan, tapi kepercayaan Bunda pada dirinya. Laila ingin hari segera pagi. Ia sudah tak sabar ingin mengabarkan semuanya pada Isnul.



DAFTAR PUSTAKA

-          Fananie, Zainuddin. 2000. Telaah sastra, Surakarta : MUP. Handayani, Eliza Fitria. 2004. Area X. Bandung : Mizan.
-          Moeliono, Anton M. Kembara Bahasa 1989. Jakarta : PT. Gramedia
-          I. Jakarta : PT. Gramedia. Surono, 1981. Ikhtisar Seni Sastra. Solo :
-          Tiga Serangkai. Zaidan. Dkk. 1989. Kamus Istilah Sastra. Jakarta : Balai Pustaka
-          http://mcm-net.blogspot.com

ANALISIS UNSUR INTRINSIK Cerpen “Penyesalan Marni” Karya Humam S. Chudori


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dalam sebuah cerpen teradapat hal-hal menarik yang dapat di analisis dan diidentifikasi. Hal tersebut berkenaan dengan realitas sosial yang ada di masyarakat. Ini membuktikan bahwa cerpen mempresentasikan kehidupan masyarakat.
Upaya memahami cerpen dapat dilakukan dengan menganalisis unsur-unsur dalamnya (intrinsik). Berdasarkan pernyataan tersebut saya menysusun sebuah karya tulis yang berjudul “ ANALISIS UNSUR UNTRINSIK CERPEN PENYESALAN MARNI KARYA HUMAM C. CHUDORI.

B.     Identifkasi Masalah
Cerpen merupakan salah satu bentuk karya sastra yang brebentuk prosa (cerita) yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun didalamnya, salah satunya unsur intrinsik yang meliputi: tema, alur (plot), tokoh dan penokohan, latar belakang (setting), sudut pandang, amanat dan gaya bahasa.

C.    Batasan Masalah
 Unsur intrinsik  yang terdapat dalam sebuah cerpen sangat luas ruang lingkupnya, karena itu saya hanya akan menganalisis dua unsur intrinsik pada cerpen “ Penyesalan Marni “ karya Humam S. Chudori
Meliputi        :  Tokoh dan penokohan, amanat

D.    Rumusan Masalah
1.         Bagaimanakah penokohan pada tokoh utama cerpen “Penyesalan Marni “ karya Humam S. Chudori?
2.         Bagaiamana amanat yang terkandung dalam cerpen “Penyesalan Marni “ karya Humam S. Chudori?

E.     Tujuan Pembahasan
Tujuan Pembahasan yaitu mendeskripsikan:
1.      Tokoh dan penokohan dalam cerpen “ Penyesalan Marni “ karya Humam S. Chudori.
2.      Amanat yang terkandung dalam cerpen “ Penyesalan Marni “ karya Humam S. Chudori.

F.     Kajian Masalah
Menurut Nurgianto (2005;165) tokoh adalah pelaku cerita sedangkan penokohan adalah cara pengarang dalam menggambarkan Tokoh cerita.
Menurut Uti Darmawati Wijaya, Ratna Dewi, dan Budi Artati (20010;8) Amanat adalah pesan dalam cerita yang di sampaikan pada pembaca.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Tokoh dan Penokohan cerpen “ Penyesalan Marni “ karya Humam S. Chudori.
Cerpen yang berjudul “ Penyesalan Marni “ karya Humam S. Chudori di dalamnya di dukung oleh beberapa tokoh, tokoh utama dalam cerpen tersebut adalah Marni, berikut ini dalah tokoh dan penokohannya.
Tokoh
Penokohan
Bukti Pendukung
Marni
Pemarah
“ jadi orang itu jangan penyakitan”, kata Marni tatkala suaminya pulang dari Rumah Sakit, setelah kesekian kalinya ia dirawat.
Sombong
Ketika masih bekerja, Marni acap kali berakata kepada Rita -- tetangga depan Rumahnya – kalau dirinya tidak bekerja, kebutuhan rumah tangganya pasti tak akan pernah bisa tercukupi.
Suka merendahkan orang
Marni masih merasa lebih hebat dari para tetangganya yang tidak bekerja. Ia memang sering melecehkan wanita yang hanya menjadi ibu rumah tangga.



B.     Amanat
Amanat adalah pesan yang terkandung dalam sebuah cerita amanat dalam cerpen “ Penyesalan Marni “ karya Humam S. Chudori adalah:
Amanat
Bukti Pendukung
Janganlah menjadi seseorang yang suka merendahkan orang lain.
Ia memang sering melecehkan wanita yang hanya menjadi ibu rumah tangga. Itu sebabnya tak ada tetangga yang mau dekat dengan Marni.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahw:
1.      Tokoh Utama pada cerpen “ Penyesalan Marni “ karya Humam S. Chudori adalah Marni dengan Penokohan yang: Pemarah, Sombong, dan suka merendahkan orang lain.
2.      Amanat cerpen “ Penyesalan Marni “ karya Humam S. Chudori adalah: janganlah menjadi seseorang yang suka merendahkan orang lain.

B.     Kritik dan Saran
Analisis unsur intrinsik cerpen “ Penyesalan Marni “ karya Humam S. Chudori ini mempunyai banyak sekali kekurangan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian, demi kesempurnaan analisis ini.






DAFTAR PUSTAKA

Chudori, S. Humam. 2008. Aktif dan kreatif berbahasa indonesia. Jakarta Pusat: Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Nurgianto. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada Universty Press.
Darmawati, Uti dkk. 2008. Detik – detik ujian Nasional Bahasa Indonesia. Klaten: PT. Macanan Jaya Cemerlang

 

Penyesalan Marni
Cerpen: Humam S. Chudori

Sejak di-pehaka, Himawan sering sekali dirawat di rumah sakit. Penyakit asma yang dideritanya sering kambuh. Padahal, sebelum kena pehaka, ia jarang dirawat di rumah sakit kendati tiap bulan mesti mengunjungi dokter. Tragisnya, setelah empat kali dirawat di rumah sakit, Marni mengalami nasib serupa dengan suaminya -- kena pehaka. Sejak itu neraca keuangan keluarga Himawan mulai goncang.
"Jadi orang itu jangan penyakitan," kata Marni, tatkala suaminya pulang dari rumah sakit, setelah kesekian kalinya ia dirawat. Himawan diam. Betapa tidak, baru dua langkah pasangan suami-istri itu masuk ke dalam rumah, Marni sudah melontarkan kalimat ketus. "Kalau sudah begini, apalagi yang harus dijual?" kata Marni lagi.
Himawan tak menyahut. Hatinya terasa sakit mendengar kalimat yang dilontarkan istrinya. Rasanya ia ingin mendaratkan tamparan ke muka perempuan itu jika tidak ingat tubuhnya sendiri masih lemah.
Sebetulnya ia ingin langsung ke kamar, tiduran. Namun, setelah mendengar kata-kata istrinya itu tubuhnya langsung lemas. Gemetar. Limbung. Matanya seperti berkunang-kunang. Kepalanya terasa nyut-nyutan. Ia kehilangan tenaga untuk melangkah ke kamar. Karena itu, ia langsung duduk di atas tikar. Di ruang tamu.
Rumah itu memang sudah lama tak punya kursi tamu lagi, sudah mereka dijual. Sebelumnya beberapa perabotan rumah lain -- televisi, kulkas, dan bupet -- juga sudah mereka jual.
Sejak tak ada meja kursi tamu, di ruangan yang tidak terlalu luas itu hanya ada selembar tikar plastik yang tak pernah digulung.
Watak asli Marni baru disadari Himawan setelah anak pertama mereka lahir. Semula sifat buruk istrinya dianggap Himawan sebagai bawaan jabang bayi, lantaran istrinya nyaris tidak mengalami kekosongan. Setelah dua bulan dinikahi Himawan. Sikap dan kelakuan Marni mulai berubah.
Ketika pertama kali berhenti haid, Himawan menganggap kelakuan perempuan itu berubah karena mengalami fase ngidam. Himawan menyadari orang yang sedang ngidam -- seperti yang sering didengarnya dari orang lain -- emosinya labil. Itulah sebabnya lelaki itu berusaha untuk tidak tersinggung. Dia sendiri sangat berharap secepatnya mempunyai keturunan, lantaran terlambat menikah.
Bukan sekali dua kali Himawan mendengar cerita tentang kelakuan orang ngidam yang berubah nyleneh. Menjadi manja, gampang cemberut, bahkan serba ingin menang sendiri. Meski pada umumnya orang ngidam cuma ingin makan yang serba pedas atau masam. Kebiasaan orang ngidam seringkali menjadi aneh, kolokan, bahkan tidak jarang membuat suaminya kesal.
Ketika Erna -- adik Himawan -- ngidam bukan hanya sekali menyuruh suaminya membelikan bakso di tengah malam. Widodo pun mengabulkan permintaan Erna. Ia terpaksa mencari makanan yang diminta 'jabang bayi'.
Namun, alangkah kesalnya lelaki itu setelah sampai di rumah. Erna hanya mencoba sesendok kuahnya. Dan, makanan yang diperoleh dengan susah payah itu tidak disentuh sama sekali. Celakanya jika permintaan Erna tidak dituruti, ia akan marah-marah kepada suaminya. Meskipun demikian, Widodo tak berani menolak permintaan 'sang jabang bayi'.
Memang tidak sedikit orang ngidam yang tidak berubah kelakuannya. Tidak ada perubahan perilaku atau kebiasaan, kecuali menjadi sering muntah karena perutnya terasa mual.
Andaikata tak pernah memikirkan masa depan anak, barangkali, Himawan sudah menceraikan istrinya. Ia sudah merasakan sendiri betapa tidak enaknya menjadi korban perceraian orangtua. Lantaran ia dan dua orang adiknya memang produk rumahtangga yang berantakan alias broken home.
Ketika masih bekerja, Marni acapkali berkata kepada Rita -- tetangga depan rumahnya -- kalau dirinya tidak bekerja, kebutuhan rumah tangganya pasti takkan pernah bisa tercukupi.
"Berapa sih gaji seorang sopir seperti suami saya?" kata Marni, tatkala mereka belum di-pehaka, mengeluh kepada Rita usai menceritakan penghasilannya.
"Sama saja, Mbak," kata Rita jika tetangga depan rumahnya sudah berkata demikian, "Suami saya juga sopir." "Kalau suami Dik Rita lain. Biar sopir tapi sopir kedutaan besar. Pasti gajinya besar. Karena itu, kamu tidak perlu bekerja lagi seperti saya."
Apabila Marni sudah mulai membicarakan penghasilan suaminya, Rita berusaha mengalihkan topik pembicaraan. Waktu itu mereka -- baik Himawan maupun Marni -- masih aktif bekerja. Mereka masih punya penghasilan. Namun, setelah di-pehaka Marni tak berani lagi membicarakan gajinya. Ia tak pernah membanggakan penghasilannya.
Walaupun demikian, toh ternyata Marni masih merasa lebih hebat dari para tetangganya yang tidak bekerja. Ia memang sering melecehkan wanita yang hanya menjadi ibu rumah tangga. Itu sebabnya tak ada tetangga yang mau dekat dengan Marni, kecuali Rita.
Sejak di-pehaka, Marni tidak pernah melamar kerja lagi. Karena, ia sudah tak mungkin bekerja lagi. Pertama, karena usianya sudah di atas kepala empat. Kedua, pendidikannya pas-pasan. Hanya berijazah slta dan tidak punya ijazah lain. Ijazah dari kursus ketrampilan, misalnya. Dan, ketiga, pengalaman kerjanya tidak bisa digunakan sebagai referensi mencari pekerjaan lain. Sebab pekerjaannya hanya sebagai pemandu penonton bioskop. Ya, tugas Marni di tempat kerjanya hanyalah mengantar penonton ke kursi sesuai dengan nomor karcisnya. Sementara itu, sudah banyak bioskop yang tidak mampu bertahan. Menghentikan usahanya. Tidak beroperasi. Gulung tikar.
Untungnya, Hendy, ayah Himawan, meninggalkan warisan kepada anak-anknya, termasuk Himawan. Sebuah rumah yang kini dikontrakkan. Dari hasil kontrakan itulah keluarga Himawan berusaha memenuhi kebutuhan sehari-hari selama belum mendapatkan pekerjaan lagi, meski tidak cukup juga.
"Kalau sudah begini apalagi yang masih bisa dijual, Mas?" Marni mengulang pertanyaan sebelumnya, setelah lama Himawan tak melontarkan sepatah kata pun.
Himawan masih duduk mematung. Mengatur napasnya yang tak teratur. "Orang ditanya istri kok diam saja."
"Rumah warisan bapak masih ada," kata Himawan, pelan. Nyaris tak terdengar. Setelah ia berhasil menepis rasa galau yang memenuhi benaknya.
"Sudah gila kamu, Mas?"
"Tadi kamu tanya barang apalagi yang masih bisa dijual. Rumah peninggalan bapak masih laku dijual. Kalau laku dijual masih cukup untuk biaya hidup kita. Paling tidak dalam waktu beberapa tahun ke depan," jawab Himawan lemah. "Jika nanti kurang ya rumah ini yang kita jual." Marni diam.

"Kalau bukan rumah itu apalagi, coba pikir? Jual perabotan? Perabotan apa yang masih bisa di jual? Tikar atau bantal? Atau jual tenaga? Nyatanya kita juga sudah tidak bisa bekerja? Bukankah ini artinya tenaga kita juga sudah tak laku?" kali ini Himawan sudah tidak kuasa untuk menahan kekesalannya. Suaranya gemetar.
"Mas!" "Atau kamu mau jual diri? Jual diri kamu juga sudah tidak laku. Kamu su... sudah tua...." Himawan tak mampu melanjutkan kalimatnya. Nafasnya sesak. Dia terjatuh. Tidak kuat duduk. Tubuhnya mendadak kejang-kejang. Mulutnya terkatup rapat. Nafasnya berhenti.
Dengan terbata-bata Marni menceritakan kematian suaminya kepada Rita, tetangga depan rumahnya. Ada nada sesal, tatkala ia menceritakan peristiwa yang telah menyebabkan Himawan menghembuskan napas terakhirnya.
"Andaikata akan begini jadinya...." Marni tak melanjutkan kalimatnya.
"Ya, sabar saja, Mbak. Barangkali sudah menjadi suratan takdir."
"Masalahnya bukan itu, Rita," Marni memotong kalimat Rita, "Almarhum masih meninggalkan utang sama saudara-saudara saya. Ya, selama ini biaya rumah sakit sudah tidak ditanggung kantor. Lha wong Mas Himawan sudah tidak kerja."
Rita masih diam. "Untungnya, dulu saya juga kerja. Kalau tidak, mungkin utang almarhum bisa dua kali lipat lebih. Selama ini saya yang menanggung biaya keluarga. Gaji suami selama ini sudah habis buat biaya berobat. Di kantornya, Mas Himawan hanya mendapat ganti sebagian dari biaya yang dikeluarkan. Itu pun tidak seberapa jika dibandingkan dengan biaya yang harus kami tanggung selama ini. Sebab, tiap bulan Mas Himawan, tidak bisa tidak, harus tetap berobat. Terlambat berobat, ia harus dirawat," lanjutnya berapi-api. Rita tetap diam.
"Coba kalau saya tidak pernah bekerja, apa tidak...." "Maaf," Rita memotong kalimat yang belum usai dilontarkan Marni, "Perut saya sakit. Ingin buang air."
Dengan tergopoh-gopoh Rita pulang. Ia tidak ingin mendengar kalimat Marni selanjutnya. Kedatangan Rita ke rumah Marni, malam itu, semula hendak menghibur sang tetangga yang belum genap seminggu ditinggal suaminya. Namun, setelah mendengar ceritanya Rita justru merasa muak. Bahkan kesal.
Yang disesalkan Mbak Marni ternyata bukan karena kematian suaminya, tapi karena almarhum masih meninggalkan utang, pikir Rita.***

Informasi Terbaru

« »
« »
« »