Kamis, 07 Juni 2012

Kumpulan Puisi lama dan Baru


Palang Merah Remaja (PMR)
Di bawah rintk hujan
Di antara kilat saling bersambaran
Langkah kakimu menapak air keruh
Ketika banjir melanda
Namun semua tak kau hiraukan
Kau gadaikan nyawamu tuk bantu
Orang lain yang membutuhkanmu
Ras ikhlas terbayang
Di raut mukamu nan masih muda
Kau palang merah remaja
Kehadiranmu patut ku banggakan

Akibat Ulah Sendiri
Aku lihat
Kau dulu lebat
Aku pandang
Kau dulu menyenangkan
Aku rasakan
Kau dulu nyaman
Kini
Setelah revormasi datang
Nasibmu semakin merana
Mereka ternyata benar-benar kejam
Tak ada belas kasihan
Mereka hancurkan nasibmu
Mereka habisi nasibmu
Tak mereka sisakan sedikit pun
Baiklah
Kekejaman mereka kini kembali padanya
Biar
Betapa menyengatnya panasdi siang hari
Betapa mudahnya tanah longsor terjadi
Banjir melanda sebagian besar negri
Itulah akibat ulah sendiri

Huesca
Jiwa di dunia yang hilang jiwa
Jiwa sayang kenag padamu
Adakah derita disisiku
Bayangan yang membikin tinjauan beku
Angin bangkit ketika senja
Ingatkan musim gugur akan tiba
Aku cemas bisa kehilangan kau
Dibantu penghabisan ke Huesca
Pagar penghabisan dari kebanggaan kita

Jakarta
Jakarta
Di jalan-jalan raya
Di lorong-lorong gelap
Kaum jelata tergancet
Bagai udang di pepes
Dalam bus-bus kota
Dan gubuk-gubuk tanpa cendela

Ombak
Betapa aku rindu suaramu
Saa kepekatan bayangan
Wajahmu melerai
Kegelisahan
Di lautan bahtera
Ku cacat lukaku

Ladang petani
Tersisih jauh diluar kota
Mendatar ladang setentang mata
Dalamnya penuh tanam-tanaman
Senang riang pandangan mata
Damai aman hati dan sukma
Ditengah-tengah tanaman muda
Petani berdiri dengan senangnya
Memandang ladang penuh kekayaan
Tumbuh-tumbuhan banyak makamnya
Membayangkan datang zaman sentosa

Aku
Aku
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang pun merayu
Tidak juga kau
Aku ini bintang jalang
Dari kumpulan yang terbuang

Taman
Taman punya kita berdua
tak lebar luas, kecil saja
satu tak kehilangan lain dalamnya.
Bagi kau dan aku cukuplah
Taman kembangnya tak berbanding permadani
halus lembut dipijak kaki.
Bagi kita bukan halangan.
Karena
dalam taman punya berdua
Kau kembang, aku kumbang
Aku kumbang, kau kembang.
Kecil, penuh surya taman kita
tempat merenggut dari dunia dan 'nusia

Do’a
Tuhanku,
Dalam termangu,
Aku masih menyebut namamu,
Biar susah sungguh,
mengingat Kau penuh seluruh,
cahaya Mu panas suci,
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi,
 Tuhanku, aku hilang bentuk,
remuk,
Tuhanku,
aku mengembara di negeri asing,
Tuhanku,
di pintu Mu aku mengetuk,
Aku tidak bisa berpaling.

Kasih
Pada suatu malam 
Ketika seorang ibu duduk di kursi goyang 
Sang anak duduk di lantai merebahkan kepalanya
Di pangkuan ibunya
Sang ibu mendendangkan lagu jawa 
Ia membelai lembut rambut anaknya 
Sang anak pun tertidur 
Bermimpilah indah tentang ibunya

Karena Kasih-Mu
Karena kasihmu
Engkau tentukan waktu
Sehari lima kali kita bertemu
Aku anginkan rupamu
Kulebihi sekali
Sebelum cuaca menali sutera
Berulang-ulang kuintai-intai
Terus-menerus kurasa-rasakan
Sampai sekarang tiada tercapai
Hasrat sukma idaman badan

Bangsaku
Setiap saat kami berbuat
Demi kami
Bangsaku
Tumpah darahku
Kami tidak lupa
Perjuangan pahlawanku
Masa lalu
Demi kamu
Oh Tuhan. Tunjukilah kami
Pewaris bangsa
Oh Tuhan, lindungilah zamrud khatulistiwa
Oh Tuhan Sumsum bangsa

Aku
Beginilah hidupku
Tanpa ayah tanpa ibu
Betapa malang nasibku
Demikianlah duniaku jadi kelabu
Bercucuran air mataku
Jika aku mengenang nasibku
Tapi ini takdir Tuhan Mahatahu
Kita tak boleh Menyesali

Dari seorang guru
Apakah yang kupunya, anak-anakku
selain buku-buku  dan sedikit ilmu
sumber pengabdian kepadamu.

Kalau di hari  Minggu engkau datang ke rumahku
aku takut anak-anakku
kursi-kursi tua yang di sana
dan meja tulis sederhana
dan jendela-jendela yang tak pernah diganti kainnya
semua padamu akan bercerita
tentang hidupku di rumah tangga

Sepatu
Engkau antarkan aku ke sekolah
Engkau tak pernah mengaku lelah
Engkau lindungi kakiku
Engkau tangkis serbuan debu


Keindahan
sawah menghijau terbentang
pepohonan yang rindang menambah keindahan
burung-burung terbang dan berkicauan
terbang ke awan yang tinggi
membawa kesenangan dan kegembiraan
hamparan padang rumput nan hijau
memberikan kesejukan dalam jiwaku.

Selamat Tinggal
Aku berkaca

Ini muka penuh luka
Siapa punya?

Kudengar seru menderu
-- dalam hatiku? --
Apa hanya angin lalu?

Lagu lain pula
Menggelepar tengah malam buta

Ah...!!

Segala menebal, segela mengental
Segala tak kukenal
Selamat tinggal...!!

Orang-orang Miskin
Orang-orang miskin di jalan,
yang tinggal di dalam selokan,
yang kalah di dalam pergulatan,
yang diledek oleh impian,
janganlah mereka ditinggalkan.

Tuhanku Apatah Kekal?
Tuhanku , Suka dan ria
Gelak dan senyum
Tepuk dan tari
Semuanya lenyap, silam sekali.

Gelak bertukarkan duka
Suka bersalinkan ratap
Kasih beralih cinta
Cinta membawa wasangka ….

Junjunganku apatah kekal
Apatah tetap
Apakah tak bersalin rupa
Apatah baka sepanjang masa ….

Bunga layu disinari matahari
Makhluk berangkat menepati janji
Hijau langit bertukar mendung
Gelombang reda di tepi pantai.

Selangkan gagak beralih warna
Semerbak cempaka sekali hilang
Apatah lagi laguan kasih
hilang semata tiada ketara ….

Tuhanku apatah kekal?

Karangan bunga
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu.
Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang di tembak mati
siang tadi’
       
IBUMU LAUT
Ibumu laut
yang melepas kapal-kapal tanpa bertanya
mengapa
dan menitipkan doanya pada gemuruh
ombak
supaya angin menjadi penunjuk
agar karang-karang tak tertabrak
ibumu laut
seberapa jauh kau berlayar
akan kembali pada pantainya juga

Bukan beta bijak berperi
Bukan beta bijak berperi
Pandai mengubah madahan syair
Bukan bela budak negeri
Musti menurut undangan mair
Syarat sarat saya mungkiri
Untai rangkaian seloka lama
Beta buang beta singkiri
Sebab laguku menurut sukma
Susah sungguh saya sampaikan
Degub-deguban di dalam kalbu
Lemah laun lagu dengungan

PAHLAWAN TAK DIKENAL
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapang
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang

Menyesal
Pagiku   hilang   sudah   melayang
Hari   mudaku   sudah    pergi
Sekarang   petang   datang   membayang
Batang   usiaku    sudah    tinggi

Aku   lalai    dihari    pagi
Beta    lengah    dimasa    muda

Kini    hidup    meracun    hati
Miskin      ilmu  ,  miskin  harta

Ah ,   apa    guna    aku    sesalkan
Menyesal    tua    tiada    berguna
Hanya    menambah    luka    sukma

Kepada    yang    muda    kuharapkan
Atur    barisan    dipagi    hari
Menuju    kearah    padang    bakti

Pusat
Serasa apa hidup yang rebaring mati
Memandang musim yang mengandung luka
Serasa apa kisah sebuah dunia terhenti
Padaku, tanpa bicara.
Diri mengeras dalam kehidupan
Kehidupan mengeras dalam diri
Dataran pandang meluaskan padang senja
Hidupku dalam tiupan usia.
Tinggal seluruh hidup tersekat
Dalam tangan dan jari-jari ini
Kata-kata yang bersayap bias menari
Kata-kata yang pejuang tak mau mati.

Tuhan
Tuhan, tempat aku berteduh,
dimana aku mengeluh
dengan segala keluh.
Tuhan, Tuhan yang maha esa
tempat aku memuja
dengan segala doa.
Aku jauh, Engkau jauh.
Aku dekat, Engkau dekat.
Hati adalah cermin
tempat pahala dan dosa barpadu.

Hanya Satu
Timbul niat dalam kalbumu
Terban hujan, ungkai badai
Terendam karam
Runtuh ripuk  tamanmu rampak
 Manusia kecil lintang pukang
Lari terbang jatuh duduk
Air naik tetap terus
Tumbang bungkar pokok purba
 Teriak riuh redam terbelam
Dalam gegap gempita guruh
Kilau kilat membelah gelap
Lidah api menjulang tinggi
 Terapung naik jung bertudung
Tempat berteduh nuh kekasihmu
Bebas lepas lelang  lapang
Di tengah gelisah, swara sentosa

Dibawah Gelombang
Alun membawa bidukku perlahan
Dalam kesunyian malam waktu
Tidak berpawang tidak berteman
Entah ke mana aku tak tahu

Jauh di atas bintang kemilau
Seperti sudah berabad abad
Dengan damai mereka meninjau
Kehidupan bumi yang kecil amat

Aku menyanyi dengan suara
Seperti bisikan di daun
Suaraku hilang dalam udara
Dalam laut yang beralun alunan

Tuhan
Tuhan pelankan lah malam tiba
agar kami berdua tidak kehilangan arah
jalan yang kami tempuh masih jauh
Tuhan, sisihkanlah mendung itu
jika gerimis sakit ibuku kambuh
jalan yang kami tempuh masih jauh
Tuhan berikanlah kekuatan
untuk menempuh hidup ini
kami tahu derita hari ini
adalah bahagia esok hari

Jadilah Kau Bunga
Jadilah kau Bunga
yang selalu ingin mengembang
selalu mekar sepanjang musim
tak perduli musim basah atau kemarau
Jadilah kau Bunga
yang tumbuh pada setiap hati
yang tegar walau dalam belukar
tumbuhlah,
berkembanglah,
di mana pun engkau ditaburkan

Cinta aku Untuk-Mu

Ketika kugoreskan kenangan ini
Selembar bianglala gerimis
Membentang antara 'kau dan aku

Ketika kunyanyikan puisi ini
Seberkas melodi petir merah
Menjitak hatiku yang biru

Dan kisah 'kau abadikan
Cinta kita 'kau lestarikan
Dalam kata dengan tinta
Atas kertas penuh nuansa
Sahabat,

Cinta-Ku
Untuk-Mu....



Berdo’a
ibuku yang telah memelihara dan membesarkan daku
dan telah menyekolahkan daku
dia satu satu nya untuku
yang merawat daku sewaktu kecil
aku akan mendoakan ibuku
karna dia yang mengayun ngayun daku
ketika daku masih kecil
dan dia yang membesarkan aku

Rindu Dendam
Aku Mengembara seorang diri
Antara bekas majapahit
Aku bermimpi, terkenang dulu
Dan teringat waktu sekarang
O Dewata, pabila gerang
Akan kembali kemegahan
Dan keindahan tanah airku

Anganku
Dikala perjalanan jauh
Sejenak aku berhenti
Banya persimpangan dihadapanku
Entah arah mana yang harus ku tempuh
Ku tengok ke sekelilingku
Sepi,
Hanya bulan yang syahdu merayu
Ku tertunduk malu
Tidak mampu menatap waktu

Hitam
Kau tahu apa ini?
Benda hitam dan berlubang-lubang
Yang ada di tanganku ini?
Inilah derita yang kualami setahun belakangan
Inilah harapan-harapan yang telah menghitamkan itu
Inilah hatiku yang dengan susah payah
Ku keluarkan dari badan
Agar aku tak lagi tersengat rindu
Agar aku lupa cintaku
Inilah hatiku....

Cinta Yang Terpendam
Kubiarkan hatiku membisu menekan perasaan cinta
Kubiarkan kisah ini terpendam karena kau raga
Aku tak sungguh-sungguh saat aku telusuri akan arti semua ini
Ku makin yakin arti cinta suci
Kasih .....
Ku tahu kau tak mencintaiku
Namun mengapa kau memberi harapan padaku
Jalanku masih panjang tuk mencapai masa depan
Kasih ....
Ku selalu menyayangimu walaupun tak dapat bersamamu
Kasih....
Kesetiaan iu suci
Aku tak peduli kau milik siapa!
Sebab mencintai itu bukan “dosa”. 

Ketika Ajal Menjelang
Ketika ajal datang menjelang
Malaikat Izroil pun mainkan peran
Nyawa tercabut tubuh pun meranggang
Allah Akbar janjiMu telah “datang”
Lidah pun kelu. Bibir pun membiru
Seluruh tubuh kaku dan membeku
Kenikmatan dunia pun berlalu
Mohon ampunan sudah tak berlaku
Tiada lagi tempat
Pertolongan, kecuali amal dan perbuatan
Semasa hidup membentang “zaman”
Ridho Ilahi yang didambakan.




Perjalanan Hidup Ku
Perjalanan ku terasa melelahkan
Ku duduk bertahan sendiri di sini
Hidup adalah sebuah perjalanan
Selalu banyak rintangan yang kuhadapi
Perjalanan ini bagaikan roda berputar
Suka dan duka terus ku jalani
Kuberjalan untuk hidup ku selalu bersabar
Ingin ku mengerti arti hidup ini
Ku terus tersenyum melawan kegagalan
Hidup di bumi sebuah perjuangan
Ku akan pelajari dari kegagalan
Hingga lupa kata putus asa

Impian
Aku melangkah dan terus melangkah ...
Menyusuri jalan yang penuh liku
Tanpa tujuan..........
Tanpa arah ......
Dan tanpa pendamping
Mencoba menemukan IMPIAN
Yang selama ini ku impikan
Impian yang jauh dari bayang-bayang
NYATA
“Terwujudkah?”
Lalu ku putuskan rasa putus asa itu.....
Dan bertekat untuk mendapatkan impian
Dan kini .....
Telah ku dapatkan impian itu .....
DI DEPAN MATA

Cinta yang Tenggelam
Entah sejak kapan
Rasa ini hadir dalam diriku
Kau memberi warna dalam jiwaku
Namamu teelah tertanam dalam lubuk hatiku
Perasaan cemas atas dasar cemburu
Perasaan benci atas dasar kesepian
Perasaan senang atas dasar kemenengan
Hanya ini bentuk ungkapan rasa
Yang dapat kau lihat dalam diriku
Tak berani aku ungkap kata cinta padamu
Karena kekecewaan masa silam
Telah menoreh luka dalam hatiku
Kini ku hanya dapat membiarkan
Memberikan akar cintamu tumbuh
Subur dalam jiwaku ......

0 komentar:

Posting Komentar

Informasi Terbaru

« »
« »
« »